Friday, December 5, 2008

Perjuangan Panjang Marzuki


IDENTITAS KLIEN
Nama : Marzuki (11711301)
Contact : +6285260473xxx
Alamat : Kampung Mulia, Banda Aceh

Marzuki mengadukan permasalahan yang dihadapinya ke Rumoh PMI (Tim Advokasi Palang Merah Irlandia) mengenai permohonan bantuan yang sudah pernah diajukannya beberapa tahun yang lalu. Marzuki pernah mengajukan permohonanke ADB dan BRR, tetapi belum ada realisasi dari kedua lembaga tersebut, Sampai akhirnya tim Advokasi palang merah Irandia memediasi klien dengan pihak ADB.

Tim Advokasi Palang Merah Irlandia mendampingi Marzuki untuk mengunjungi BRR untuk melihat apakah Marzuki sudah terdata di database BRR, ternyata benar nama klien masuk di dalam daftar orang orang yang datanya valid di verifikasi BRR. setalah lama menanti realisasi belum kunjung tiba, akhir Penantian yang panjang akhirnya membuahkan hasil, dari hasil negosiasi dengan ADB untuk dimasukkan menjadi salah satu penerima manfaat, setelah pengumuman dikeluarkan. Tidak lama selang satu bulan beserta 4 penerima manfaat yang secara bersamaan di desa Kampung Mulia dimulai pembangunan dan sekarang sudah selesai 45% tahap pembangunan rumah dan tentunya Marzuki dan isteri sangat bahagia.
by; Sri Nurhayati Selian

Thursday, November 20, 2008

Janda korban Konflik beranak tiga tidak ada tempat tinggal

Name : Rosliani
Address : Jl. Alue Blang No. 1 Neusu
Hp : 081269123030
Activity : Problem identification session

Nasib seorang Ibu

Rosliani mengirim sms ke rumoh PMI tanggal 5 November 2008, ia mengadu tentang rumah dan beasiswa untuk anaknya, sangat malang nasib ibu Rosliani harus menghidupi anak-anaknya dengan bekerja keras sebagai tukang urut dan membuat kue basah untuk dijual dikios kecil dan warung kopi, penghasilan yang tidak seberapa itu Ibu Rosliani harus makan dan menyekolahkan tiga anak masih aktif sekolah, dua anak kembarnya Ahmad Munawar dan Ahmad Munawir sekarang di SMU kelas 2 Yayasan Fajar Hidayat Aceh Besar sedangkan yang bungsu masih kelas 6 SD negeri 34 Neusu Aceh.

Selain mengharapkan beasiswa untuk anak-anaknya juga sangat mengharapkan bantuan rumah untuk korban konflik ataupun rumah untuk kaum duafa seperti dia, rumahnya di bakar di Aceh tengah-Takengon dimasa konflik setelah kejadian tersebut semua keluarganya ke Banda Aceh dan tinggal dirumah mertua yang kondisinya rumah sangat sederhana dan memprihatinkan, namun Rosliani sangat sabar dan tabah menghadapi hidupnya bersama anak-anaknya dan hidup dirumah mertua dengan tiga kepala keluarga di rumah mungil.

Rosliani mengharapkan ada lemab

Janda Tua yang Tidak Kebagian Rumah


Nama Client : Siti Aisyah
Pelapor : Suryadi
No HP : 0812 6960 0xxx
Alamat : Goheng – Stui Banda Aceh
Activity : Problem identification session


Sebelum tsunami Siti Aisyah menyewa rumah di Goheng Stui. Siti Aisyah telah lama ditinggalkan oleh suami yang meninggal karena sakit. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya beliau bekerja sebagai tukang cuci dari rumah ke rumah. Karena dari itu pula orang orang sering memanggilnya dengan “kak mala Tukang cuci”. Sekarang usianya sudah masuk kepala 6 dan semua anaknya telah berkeluarga.

Pada tanggal 14 Oktober 2008, Anak Siti Aisyah yaitu Suryadi membuat pengaduan ke Rumoh PMI. Pada tanggal 27 Oktober 2008, Tim Advocacy menghubungi Suryadi lewat telpon untuk verifikasi awal. Menurut pengakuan Suryadi, Ibunya Siti Aisyah telah memasukan proposal ke BRR. Kemudian dari BRR di rujuk ke Budha Suci. Siti Aisyah telah menjalani proses verifikasi dan interview dan beliau termasuk calon penerima rumah bantuan Budha Suci. Sampai pada suatu hari Budha Suci menghubungi Suryadi meminta agar Siti Aisyah datang ke kantor untuk menandatangani suatu surat penting. Tapi pada saat itu Suryadi berada di luar kota dan ia menghubungi keponakannya untuk membawa Siti Aiyah ke kantor Budha Suci tapi keponakannya tidak sempat membawa neneknya karena sibuk kuliah. Setelah Suryadi pulang ke Banda Aceh ia membawa ibunya ke kantor Budha Suci tapi nasib berkata lain, ternyata nama Siti Aisyah sudah di coret dari daftar penerima rumah bantuan Budha Suci dengan dalih tidak datang pada saat dihubungi.

Pada tangal 14 November 2008, tim Advocacy melakukan kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi tahap II. Tim Advocacy bertemu dengan Siti Aisyah. Beliau tinggal seorang diri di desa Lampenerut sebuah rumah yang tidak layak huni. Rumahnya terbuat dari papan dan triplek bekas serta masih berlantaikan tanah. Di sekeliling rumahnya terdapat kandang ayam dan bebek yang jaraknya cuma 1 meter dari rumah beliau. Sungguh sangat tidak sehat, siang itu Siti Aisyah sedang asyik membuat kandang ayam. “ada orang kasih bebek, jadi kandang nya harus di buat” katanya dengan nada senang. Ternyata semua kandang yang telah ada di buat oleh Siti Aisyah, benar2 seorang nenek yang mandiri. Siti Aisyah terlihat masih sangat segar bugar meskipun usianya telah lanjut. Semua kebutuhan aktivitasnya dilakukan seorang diri di rumah mungil itu. Ia tidak mau menyusahkan anak-anaknya meskipun mereka telah berkeluarga.

Tim advocacy akan melakukan kunjungan ke Goheng, tempat tinggal Siti Aisyah pada saat terjadi gempa Bumi dan Tsunami, untuk bertemu dengan orang-orang terdekat Ibu Siti sebelum Tsunami, Ibu Siti mengharapkan ada Pihak yang mau membantu dia dalam menjalani hari-hari tuanya.
By : Lenni Octoria

Friday, November 14, 2008

tried to solve watsan cases

Issue: Clean Water
Type of activity : Stakeholders Meeting

There are 55 community cases we handled in Aceh Besar, 22 community in Banda Aceh, 4 community in Bireun, 8 community in Pidie, 4 community in Aceh Barat, all these community are related to Clean water, first step in our mind is mapping all stakeholders working in WATSAN program and then we found UNICEF is one of big funding in WATSAN program. Then we arranged to meet with Mr. Yap Winarto as a Project Officer Sanitation WES section UNICEF. The result of this meeting were the UNICEF say they not implemented directly WATSAN program but UNICEF funding some NGOs to implementing WATSAN program and the UNICEF gave us list of NGOs that UNICEF funded in WATSAN program in Aceh, after we plan to discuss directly with NGOs funded by UNICEF to solve cases we handled which cases related to WATSAN (Friday, April 25, 2008 – 09.00 AM).The another meeting we attended to resolve watsan issue was discussed with WATSAN American Red Cross team, we met with Ms. Shinta M. Sianturi (WATSAN senior project engineer) firstly we introduced our program to them and then we asked where their WATSAN project in Aceh and Nias, then we asked the possibility to refer some cases we handled to them, they said is ok so long as in American red cross working areas. And then MS Shinta gave us list areas AMREDCROSS working at the moment (Friday, April 25, 2008 – 11.00 AM).

Thursday, November 13, 2008

Punge Jurong community need clean water


Village : Punge Jurong - Banda Aceh
type of activity : Community technical assistant

Community technical assistant meeting in Punge Jurong Banda Aceh, we were discussed to solve the community case about the clean water in Punge Jurong village, there are 250 households not receive yet clean water from PDAM. In Punge Jurong villages PDAM already put mind pipe underground beside the road last two years but until now they didn’t have connected to houses, the community advocacy unit have been negotiated with previous PDAM director, he said will follow up immediately but until now PDAM not implemented yet, according to community said in meeting we conducted last week that PDAM want to connected if community already pay during the months before tsunami came (2004) and have to pay also for the months (January 2008 until currently month). Punge Jurong community don’t want to pay because for them impossible to pay for before tsunami (back payment) also community objection to pay for the months during 2008 (January-November), this not rational because they not yet receive water and the pipe connection why community have to pay for this. Our planning for this case will report to Banda Aceh Major about PDAM policy and make the community can’t receive the water clean. What we discussed with Punge Jurong community was how to find out the solution about this case, what we need to do together to pressure the PDAM and Banda Aceh Major, the result was Cau team will mediate between Punge Jurong community and Banda Aceh Major.

Jahitan saya tidak mencukupi biaya sekolah anak-anak



Name client : Indani
Alamat : Peuniti, Kec. Baiturrahman Banda Aceh
Hp : +6285277003XXX
Type of activity : problem identification session

Indani seorang janda dengan enam orang anak empat diantaranya masih berusia sekolah. Suaminya meninggal 2 tahun lalu karena sakit Hernia. Sepeninggal suamnya ia mengantungkan biaya hidup dari menjahit pakaian dengan sebuah mesin jahit tua, dua anaknya masih dibangku SD, satu dibangku SMP dan satunya lagi dibangku SMA.

saya butuh beasiswa untuk anak-anak saya agar tidak menghambat sekolah mereka, ujar Indani sambil menangis, karena saya sering di tegur guru-guru anak-anak untuk melunaskan uang buku dan SPP, hasil prestasi anakanak alhamdullilah bagus-bagus dan memuaskan. Mereka pernah menerima dana sebesar Rp 300.000,- untuk si kakaknya duduk di bangku SMU dan SMP sedang adiknya yang bungsu hanya Rp 75.000,- hanya cukup di gunakan untuk membeli seragam sekolah dan sepatu, saya mohon agar ada yang meringankan biaya pendidikan mereka, mungkin bisa dengan bantuan beasiswa” kata Indani kepada team Advokasi Palang Merah Irlandia.

Silvia, staf Advokasi Palang Merah Irlandia menjumpai Indani sepekan setelah Indani mengirimkan pesan singkat ke 08126990333 untuk menyampaikan unek-unek yang dirasakannya selama ini, dirumah yang sangat sederhana terpencil dari rumah masyarakat lainnya Indani menerima Silvia yang bertamu ke rumahnya, indani sedang sakit pada saat kunjungan tersebut hamper dua hari ia lebih banyak terbaring di tempat tidur karena tekanan darahnya turun, dari kunjungan ini terlihat keinginan dan kemauan ibu indani untuk mendapatkan beasiswa kepada anak-anaknya untuk bisa memperoleh pendidikan bagi anak-anak agar bisa memperbaiki masa depan yang lebih baik.

Wednesday, November 12, 2008

Panti Asuhan Membutuhkan Air Bersih


Name : Salahuddin
Alamat : Jln. Langsa Medan km. 7,5 Komp. MUQ Keunire Kec. Pidie

Salahuddin seorang guru dan pengurus panti asuhan yatim piatu dibawah dinas sosial kabupaten Pidie yang menerima anak yatim dari umur 9–18 tahun dari daerah sekitar panti tersebut, untuk saat ini jumlah anak asuh berjumlah 54 anak laki-laki 28 orang dan perempuan 26 orang dengan pengasuh panti 5 orang dan guru sekitar 20 orang dengan seorang pimpinan dayah.
Anak-anak Panti Asuhan sangat membutuhkan sarana air bersih untuk kebutuhan sehari-hari baik untuk mandi, cuci maupun untuk memasak, biasanya untuk kebutuhan tersebut hanya ada 2 sumur utama untuk yang bisa digunakan karena tekstur tanah tambak yang airnya asin dan tidak jernih. Untuk memperoleh air yang bersih dan tidak asin harus menambah kedalaman sumur sekitar 15 cincin sumur atau sekitar 10 meter, panti asuhan ini sangat membutuhkan sumur bor untuk keperluan anak-anak panti asuhan. Pada saat musim kemarau sumur tidak air, hanya di musim hujan sumur tersebut bisa menampung air yang cukup untuk kebutuhan anak-anak. Pihak panti sudah pernah mengirim proposal ke Dinas Sosial dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie tetapi belum ada tanggapan karena masing-masing dinas tersebut sedang menunggu anggaran (APBD) daerah kabupaten Pidie. Kita tunggu hasil tindaklanjut dari Tim Advokasi Palang Merah Irlandia untuk memfasilitasi nya dengan dinas sosial Pidie…kasus ini tangani oleh; Zulfikar Gamal

Monday, November 10, 2008

Warga Cot Batee-Bireun minum air asin nan kuning bertahun-tahun

Muchlis mewakili korban tsunami sebanyak 65 KK yang menempati tanah relokasi dan rumahnya dibangun oleh UMCOR, serah terima rumah bantuan sudah dilakukan setahun yang lalu. Menurut keterangan dari Muchlis semua rumah bantuan sudah ada sumur tetapi karena kondisi daerah yang berdekakatan dengan pesisir pantai dan tekstur tanahnya yang kurang bagus maka airnya menjadi asin dan berwarna kuning jadi tidak bisa konsumsi untuk air minum oleh warga sekitar, hanya bisa di gunakan untuk mandi dan mencuci. Warga juga sudah melakukan penyaringan untuk air dengan menimbun sumur dengan pasir dan memakai ijuk, tetapi hanya bisa bertahan untuk 2 hari saja setelah itu air akan berubah warnanya, untuk saat ini warga sangat membutuhkan sarana prasarana air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Muchlis sudah pernah melapor kepada pihak UMCOR dan perintah kabupaten Bireuen tetapi tidak ada tanggapan yang menggembirakan dari keduanya.Menurut keterangan dari Muchlis dan warga sekitar bahwa sudah ada pipa PDAM di areal perumahan warga, tetapi belum ada sambungan air dari PDAM kabupaten Bireuen. Tim Advocacy palang merah akan memfasilitasi warga Cot Batee dengan PDAM Bireun, kita tunggu kasus ini…

Di Cot Baroh-Geulumpang Tiga Pidie, 500 Meter Jalan Baru Bisa Minum dan memasak


Name : Karimudin
Alamat : Cot Baroh, Glumpang Tiga, Pidie jaya

Tim Advokasi Palang Merah Irlandia diwaktu verifikasi langsung kelapangan tidak bisa bertemu Karimudin katanya berhalanganada acara keluarga di Mereudu, Karimuddin mewakilkan 2 orang untuk bertemu tim Advokasi Palang Merah Irlandia yaitu Zaiduri sebagai sekdes dan kepala dusun Sukran mereka mewakili masyarakat Desa Cot Baroh yang kekurangan air bersih, dalam pertemuan tersebut terungkap mereka bukan korban tsunami dan gempa, wilayahnya juga bukan areal tsunami, mereka mengungkapkan bahwa setiap Rumah tangga mempunyai sumur dengan kedalam 15 cincin tapi air sumur mereka asin tidak layak untuk minum, untuk kebutuhan rumah tangga memasak mereka harus mengambil air dari sumur yang berjarak kira kira 500 meter, mereka mempunyai sumur untuk umum yang dibangun masyarakat sendiri dan bantuan CARDI ada satu unit, Karuimudin mengungkapkan mereka pernah mengajukan juga ke UNICEF melalui stafnya Mukadis tapi proposal mereka tidak disetujui karena UNICEF mengutamakan bantuan untuk sekolah dan rumah sakit, mereka juga pernah mengajukan ke PEMDA kabupaten tapi tidak ada tanggapan. Menurut pak sekdes kemungkinan sumur-sumur di setiap warga tidak asin jika mereka pake sumur bor dengan kedalaman lebih dari 15 cincin. PDAM juga belum masuk kewilayah tersebut. Sekali lagi pak karimudin mengungkapan bagaimana Palang Merah Irlandia bisa memfasilitasi untuk adanya akses air yang lebih mudah, kasus ini ditangani Bambang Nurcahyo…

Masih ada kusta di Aceh?


Hasan tuha peut dan coordinator pengungsi di Pangwa, beliau mewakili komunitas kusta sebanyak 66 kepala keluarga, mereka korban gempa dan tsunami, rumah mereka dipesisir pantai 500 meter dari laut (sebelum tsunami) tsunami pada 24 Desember 2004 yang lalu membuat semua rumah hancur, tidak memungkinkan bagi mereka membangun rumah ditempat semula, akhirnya mereka direlokasi ke Pangwa masih satu gampong tapi jaraknya dengan laut lebih jauh 1 km. Tempat relokasi di bantu oleh Caritas German lengkap dengan rumah, Mata pencaharian warga relokasi adalah nelayan dan bagi ibu-ibu rumah tangga mereka bernak ayam sekedarnya. menurut mereka penghasilan sebagai nelayan dan peternak ayam tidak cukup untuk menghidupi keluarga, mereka ingin sekali mempunyai mata pencaharian lain seperti bertani, bertani dan berdagang, dua NGO dan BRR selain Caritas German yang pernah membantu komunitas mereka yaitu WHO, CWS , WHO Membantu penyembuhan mereka untuk penyakit Lepra (kusta), CWS pernah membantu satu boat dan alat penangkap ikan dan itupun sudah rusak, sedangkan musalla di bantu BRR, itulah hasil dari verifikasi yang dilakukan oleh tim Advokasi palang Merah Irlandia yang mengambarkan mereka sangat membutuhkan pendampingan yang lebih lama untuk bisa mengembangkan hidup untuk masa depan yang lebih baik. kasus ini akan ditindaklanjuti oleh; Bambang Nurcahyo...

Sunday, November 9, 2008

Pindah Daerah, British Red Cross Anulir Bantuan Rumah


Nama : Husnaddin
Umur : 34
Alamat : Desa Paya Seumantok, Kec. Kr. Sabee, Aceh Jaya

Bapak Husnaddin menyampaikan pengaduan kepada tim advokasi Palang Merah Irlandia untuk membantunya mendapatkan jatah rumah bantuan sebagai korban Tsunami. Saat Tsunami klien tinggal di desa Gampong Baroe, Kec. Teunom. Istri dan anaknya meninggal seketika. Sejatinya British Red Cross (BRC) telah memvalidkan data klien sebagai penerima rumah bantuan di Teunom. Bulan Juli 2006 klien pindah (tidak betah dan trauma karena tinggal sendiri) ke desa Paya Seumantok, Kec. Kr. Sabee. Ia memohon agar BRC dapat merelokasi bantuan rumah dari Teunom ke Kr. Sabee. Oleh sebab tidak punya program untuk wilayah kerja Kr. Sabee, BRC tidak bisa memenuhi permohonan klien. Akhirnya bantuan rumah dari BRC resmi dibatalkan. Di Paya Seumantok, klien mendaftarkan dirinya ke BRR. Berita Acara Kesepakatan Perencanaan Tata Ruang Desa Paya Seumantok mencantumkan nama klien dicantumkan dalam daftar usulan rumah yang bersifat relokasi. Sampai kini belum ada kabar sejauh mana proses validasi kasus klien di BRR. Tim advokasi akan memfollow up kasus ini, semoga korban tsunami yang trauma seperti ini segera ada pemberi bantuan yang lain ada untuk meringankan beban hidup yang dialami seperti ini…

by. Afrizal Umar

Berguru pada Perjuangan Ibu Suraiya


Nama : Suraiya
Umur : 45
Alamat : Desa Paya Seumantok, Kec. Kr. Sabee, Aceh Jaya

Desa Paya (Seu)mantok berjarak + 3 KM dari Keude Krueng Sabee. Bertugas sebagai Kepala Sekolah Paya Mantok, Ibu Suraiya aslinya merupakan penduduk Keude Krueng Sabee. Tsunami telah membinasakan harta bendanya. Rumah yang dulu dia tempati bersama keluarga hanya membekas pondasi saja. Sampai sekarang belum ada bantuan mana pun di bekas rumahnya di Keude Krueng Sabee. Sekonyong-konyong ia malah mewakafkan sebagian dari lokasi bekas rumahnya ke Komite Pembangunan untuk perluasan Masjid Kr. Sabee. Bukan sekali Ibu Suraiya mengurus bantuan perumahan melalui Komite Gampong ke BRR. Setiap berkasnya dinyatakan hilang, atau pada saat diminta mendata berkas lagi, ia segera melengkapinya. Tetap saja bantuan belum berpihak padanya. Merasa jemu dan nyaris pasrah, problem inilah yang diadukan Ibu Suraiya kepada tim advokasi Palang Merah Irlandia setelah membaca iklan CAU di Serambi Indonesia. Perasaan lega terungkap dari Ibu yang bersuamikan M. Jam Hasan ini, saat tim advokasi dari Banda Aceh berkunjung ke kediamannya di Paya Mantok, Aceh Jaya itu. Terharu bukan semata karena beratus kilometer jarak yang ditempuh tim advokasi (kayak napak tilas aja..hehe), tetapi melebihi semua itu adalah kemauan untuk mendengar keluh kesah—curhat kale`, di samping keinginan memfasilitasi kasus klien. Ibu Suraiya menguraikan, bahwa kediamannya sekarang di Paya Mantok—bukan wilayah Tsunami—adalah hasil jerih payahnya, dibangun dengan modal kredit bank, tanpa bantuan donatur mana pun. Rumah ini dibangun setelah Tsunami, meskipun pemasangan pondasi telah dikerjakan sebelumnya. Ada sinyalemen beredar seolah rumah itu hasil bantuan sebuah INGO, sebab Ibu Suraiya bekerja sebagai relawan di beberapa lembaga pasca-Tsunami. Pada saat mendaftarkan bantuan perumahan awal-awal usai Tsunami, data klien (a.n. suaminya: M. Jam Hasan) dinyatakan valid. Begitu pergantian geusyik baru, datanya disinyalir hilang. Klien pernah juga mengusul supaya bantuan rumah bisa dibangun di desa Mon Mata sebab lokasi bekas rumah di Keude Krueng Sabee terlalu dekat dengan bibir sungai. Sekalipun klien memiliki tanah lapang di desa Mon Mata, tetapi oleh geusyik setempat keinginan itu dianulir sebab klien bukan korban Tsunami dari desa itu. Dengan alasan itu pula Faskim BRR Samsul Kamal yang pernah ditugaskan di wilayah Kr. Sabee tidak memforward berkas klien ke kantor BRR. Mudah ditebak jika pada gilirannya data KK klien tidak terdaftar sebagai calon penerima manfaat BRR. Bahkan Camat Kr. Sabee sekalipun terheran mengetahui bahwa klien belum mendapatkan bantuan rumah. Segera setelah itu atas rekomendasi Camat, pengurusan berkas kesekian kalinya disusul lagi melalui fasilitasi desa. Saat tim advokasi memfasilitasi kasus ini ke BRR Aceh Jaya, kami diterima baik oleh Asperkim T. Asrizal didampingi Syarifah Faskim Kr. Sabee sekarang. Kesimpulan diskusi kami menyiratkan bahwa [1] geusyik Keude Kr. Sabee tidak menyerahkan berkas permohoban bantuan rumah Ibu Suraiya ke meja BRR, [2] sampai sekarang tidak ada data susulan dari Kr. Sabee. Syahdan, Asperkim Asrizal menyarankan agar segera mungkin Ibu Suraiya mengurus kembali berkas permohonan karena menjelang dua minggu semua data susulan dari Aceh Jaya akan dikirim ke kantor BRR Pusat untuk plot bantuan tahun 2009. Tim advokasi mengabari klien informasi tersebut. Dua hari berselang, kami menerima SMS ini: “Pak bahan kami udah kami serahkan ke BRR, jadi kami mohon tlg bpk cek sbentar jgn sampai hlang lagi kek yg sudah-sudah”. Ibu Suraiya, empatimu besar, mudah-mudahan simpati mengaismu. Semoga!

by; Afrizal Umar

Warga Panton Makmur Menuntut Jatah Rumah Bantuan


Nama : Mukhlis Anwar
Umur : 36
Alamat : Desa Panton Makmur, Kec. Kr. Sabee, Aceh Jaya

Meski sudah mendekati genap empat tahun pascamusibah, begitu banyak korban gempa dan Tsunami yang belum memperoleh haknya, terutama di bidang bantuan perumahan. Sebagaimana dilaporkan oleh Bapak Mukhlis Anwar, korban Tsunami dari desa Panton Makmur, yang sekarang bertugas di Dinas Perairan Kota Calang. Menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan pada medio September lalu, tim Advokasi Palang Merah Irlandia berkesempatan melihat langsung situasi yang dikeluhkan klien di desa Panton Makmur pada 30 Oktober 2008. Klien mengatakan bahwa sampai saat ini sebanyak 38 KK di Panton Makmur belum mendapatkan rumah bantuan, termasuk geusyiknya. Desa Panton hanya berjarak beberapa ratus meter dari bibir laut, tergolong sangat parah diamuk Tsunami. Justru warga di sini terheran melihat bantuan rumah lebih dulu diprioritas di desa lain sekitarnya. Sesungguhnya di desa ini UNHCR telah membantu 138 unit rumah, kendati dengan design seadanya. Namun, faktanya, terdapat warga yang sama sekali belum memperoleh rumah bantuan. Memang beberapa waktu lalu BRR Aceh Jaya menawarkan bantuan rumah via kepala desa Panton, Bapak Ramli. Hasil kesepakatan, tawaran itu tidak diterima lantaran BRR cuma memperuntukan 5 unit rumah saja di desa tersebut sedangkan jumlah yang pantas dibantu berjumlah 38 KK. Menurut Bapak Ramli, bila ia menerima 5 unit rumah bantuan BRR dimaksud, maka jumlah itu mewakili bantuan secara keseluruhan pada warga Panton Makmur. Artinya, tidak akan ada lagi bantuan rumah kelak di desa tersebut, terutama dari BRR. Terang saja Pak Geusyik juga menghindari konflik sebab porsi 5 unit tidaklah seimbang dengan kapasitas 38 KK yang dibutuhkan. Berdasarkan kondisi riil inilah, Bapak Mukhlis Anwar dan Pak Geusyik meminta bantuan tim Advokasi Palang Merah Irlandia berupaya menerobos lembaga/NGO yang masih punya program di bidang perumahan—kecuali BRR, supaya membantu warga Tsunami di desa panton Makmur... Bersama kita bisa! Insya Allah, Pak!

by; Afrizal Umar

Habitat Pergi, Warga Minta Difasilitasi Tim Advokasi


Nama : Amrizal
Umur : 34 tahun
Alamat : Desa Blang Dalam, Kec. Sampoiniet, Aceh Jaya

Amrizal, mewakili warga penerima bantuan rumah Habitat for Humanity di desa Blang Dalam, Kec. Sampoiniet-Aceh Jaya, melapor kepada tim advokasi Palang Merah Irlandia. Ia mengeluhkan rumah bantuan Habitat yang dikerjakan dengan kualitas buruk; rata-rata dinding, platform, daun pintu, dan lantai mengalami keretakan. Cat yang dipakai juga sudah banyak yang terkelupas. Parahnya lagi, menurut klien, tidak ada serah terima rumah dari Habitat kepada warga penerima bantuan. Sehingga, jika terdapat kerusakan semacam ini warga tidak tahu harus melapor kemana. Sebab kantor Habitat yang dulunya berdomisili di wilayah setempat sudah tidak beraktivitas lagi. Penting dicatat, Habitat membangun 107 unit rumah bantuan di desa Blang Dalam: 2 unit di antaranya belum siap, sementara 2 unit dari jumlah tersebut dibangun di desa Rentang—bukan area Tsunami, masih di Kec. Sampoiniet—sebagai kantor mereka. Dua tahun usai berakhir program, kini kedua unit rumah (kantor) tadi menjadi aset desa Rentang. Kunjungan tim advokasi Palang Merah Irlandia ke desa klien pada akhir Oktober 2008 lalu untuk memperoleh informasi lebih rinci atas pengaduan yang pernah disampaikan satu bulan sebelumnya. Pada saat yang sama klien dan warga setempat berharap tim advokasi Palang Merah Irlandia bisa memfasilitasi permasalahan yang mereka hadapi kepada Habitat for Humanity.

by; Afrizal Umar

Melanggar Peraturan, Canadian Red Cross Stop Rumah Bantuan


Nama : Astiar
Umur : 31
Alamat : Desa Lhok Kruet, Kec. Sampoiniet, Aceh Jaya

Pada penghujung bulan September 2008 tim Palang Merah Irlandia menerima pengaduan dari salah seorang korban Tsunami di desa Lhok Kruet, Kec. Sampoiniet, Aceh Jaya bernama Astiar. Ia mempertanyakan status rumah bantuan yang telah dibangun oleh Canadian Red Cross (CRC), tapi kemudian bantuan tersebut dibatalkan, meskipun pembangunan fisik rumah tersebut sudah rampung 40 persen. Akhir Oktober 2008 tim advokasi Palang Merah Irlandia berkesempatan berkunjung ke rumah klien, mengamati lebih dekat masalah yang ia hadapi. Klien menuturkan kronologis permasalannya: awalnya April 2007 adalah masa di mana klien mendaftarkan berkas kepada Komite Gampong untuk melengkapi syarat calon penerima rumah bantuan CRC. Satu bulan kemudian, Mei 2008, pembangunan rumah klien dikerjakan. Pembangunan rumah klien dihentikan pada penghujung tahun 2007. Data klien dianggap bermasalah sehingga pengerjaan rumah bantuan dihentikan. Pada 29 Mei 2008, CRC secara resmi mengeluarkan surat pencabutan status penerima bantuan CRC (Removal from CRC Beneficiary List). Termaktub di dalam surat itu bahwa klien memberikan informasi yang tidak benar pada saat pendaftaran. Disebutkan bahwa sampai dengan 1 Juni 2006 klien masih masuk KK ayahnya dan belum menikah. Peraturan CRC menetapkan bahwa bantuan rumah diberikan kepada korban Tsunami yang telah menikah sebelum 1 Juni 2006. Meresponi surat CRC, klien mengirim surat tanggapan, isinya menerangkan bahwa tidak benar pada tanggal di atas ia masih termasuk KK orangtuanya—sejak Juni 2005, nama Astiar sudah terdaftar sebagai KK baru di desa Lhok Kruet. Begitupun ia mengaku baru menikah setelah 1 Juni 2006, namun ia tidak mengetahui kalau tanggal tersebut menjadi acuan sebagai calon penerima bantuan CRC. Hingga kini rumah bantuan yang dibatalkan itu masih berdiri tegak di depan shelter yang ditempatinya bersama sang istri. Mereka berharap CRC dapat melanjutkan kembali pengerjaan rumah bantuannya. Nyaris pilu, akunya, mengingat beberapa nama penerima rumah bantuan yang kasusnya serupa di desanya justru dapat menikmati bantuan CRC.

by; Afrizal Umar

Monday, November 3, 2008

Terima kasih Unit Pengaduan Keluhan BRR...


Salah Satu kegiatan dari Tim Advokasi adalah mencari informasi dari pemberi bantuan yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi korban gempa dan tsunami, gambar diatas menunjukkan Tim Advokasi Palang Merah Irlandia sedang menanyakan status korban tsunami untuk permasalahan perumahan. Umumnya korban tsunami sering mengadu mengapa rumah yang dijanjikan oleh BRR belum kunjung tiba. Kemudian Tim Advokasi mengunjungi BRR untuk menanyakan apakah nama korban tsunami yang kita dampingi telah termasuk di data base BRR dan apakah statusnya sudah di verifikasi dan valid jika memang valid ya itu sudah tanggung jawab BRR untuk menyelesaikan rekontruksi untuk korban tsunami yang sudah menjadi penerima manfaat BRR, jika data yang kami tanyakan tidak valid di database BRR tapi mereka betul-betul mengalami musibah tsunami dan memang layak harus dibantu atau dengan kata lain memang haknya sebagai korban tsunami, emmm ini baru tanggung jawab Tim Advokasi Palang Merah Irlandia untuk mencarikan pemberi bantuan kepada mereka yang korban dan apabila datanya tidak valid di BRR dikarenakan sipengadu bukan korban tsunami dan dia memang tidak berhak dari segal sudut pandang ini juga tanggung jawab Tim Advokasi Palang Merah Irlandia untuk memberikan mereka pengertian/penjelasan (ya semacam community education lah) mengapa mereka tidak berhak mendapatkannya.

Setiap kali Tim Advokasi Palang Merah Irlandia datang ke unit pengaduan keluhan BRR, mereka selalu ramah tamah dalam menyambut tamu, selalu sabar untuk menerima berbagai macam keluhan yang kami bawa dari korban tsunami dan mereka juga cukup sabar dengan sistem database yang mereka punya (seperti istilah rumah dengan tipe RSS (rumah sangat sederhana), mereka mempunyai database dengan istilah DSSS (database sistem sangat sederhana). Database yang berbentuk dalam file excel dan sebagai lagi berbentuk file PDF, untuk pencariannya pun sangat mudah file-filenya di disimpan dalam folder-folder dengan nama kecamatan dan file (excel dan PDF) dengan nama desa tertentu yang harus dilihat satu-satu jikakala kita ingin melihat data di dalamnya, ya database seperti itulah…bisa dibayangkan kesabaran mereka dalam mencari ataupun mencocokkan nama penerima manfaat, Alhasil, semua informasi yang kami terima bersifat akurat dan dapat di percaya, untuk rumah kapan akan dibangun atau kapan akan diverifikasi...jangan ditanya sama mereka...mereka pasti jawabnya tidak tahu...ibu-bapak tunggu saja mungkin bulan depan akan diverifkasi atau akan dibangun...staff yang sangat familiar di UPK seperti: Juliadi, Andrian, Mufti dan Rijal. Terimoeng gunaseh…cut bang2 loen. Bek bren ngon kamoe beuh.
By: Lenni Octoria

Tuesday, October 28, 2008

Tempat Bermain Anak Butuh Fasilitas


Nama Client : Sukirman
HP : +6285277765915
Address : Lampaseh Kota, Kuta raja. Banda Aceh

Klien adalah salah seorang pengurus yayasan Perguruan Iskandar Muda yang terletak di Lampaseh Kota, yayasan tersebut sudah berdiri semenjak tahun 1952, dengan jumlah siswa 200 murid, yang terdiri dari TK (Taman Kanak-kanak and Play Group) Setelah musibah tsunami yayasan tersebut hancur, dan sekarang telah mendapat bantuan dari Cina dengan jumlah kelas 16 ruangan, namun untuk sekarang hanya 2 kelas yang digunakan dikarenakan siswa belum banyak hanya 12 murid untuk TK dan 4 murid untuk playgroups, sisa ruangan tersebut tidak di gunakan selain peralatan dan sarana prasarana yang belum ada, untuk itu tujuan Pak sukirman mengirim SMS ke Hotline rumoh PMI untuk meminta bantuan peralatan kursi, bangku karena akan ada penerimaan murid-murid baru tahun depan, setelah tim advokasi palang merah irlandia memverifikasi kelapangan, klien minta agar Irish Red Cross memberi rekomendasi untuk diajukan proposal ke Swiss Red Cross untuk mempermudah fasilitasi maka Pak sukirman beserta guru menyiapkan proposal untuk dipresentasikan ke Swiss redcross dalam waktu dekat ini, Irish pun akan menyiapkan recomendasi untuk mendukung yayasan Perguruan Iskandar Muda, mari sama-sama kita tunggu kelanjutan perjuangan bapak Sukiman yang akan dibantu oleh Tim advokasi Palang Merah Irlandia Silvia. Ada yang berminat membantu ? silakan menghubungi langsung Bapak Sukirman ke no HPnya. Atau bisa mnghubungi Tim Advokasi Palang Merah Irlandia by email; rumohpmi@gmail.com

Permintaan modal usaha untuk usaha daur ulang sampah

Identitas klien:
Nama : Edi Wanda
Alamat : Alue Naga, Syiah Kuala Banda Aceh
Telp : 081269559550

Hasil verifikasi lapangan yang dilakukan Tim Advokasi Palang Merah Irlandia menemukan bahwa klien sudah mendaur ulang sampah sejak dari awal tahun 2004 yang beroperasi di desa Alue Naga kecamatan Syiah Kuala kota Banda Aceh. Pada awal tahun 2004 klien melihat banyak pemulung di desa yang mengutip sampah plastic dan di jual ke agen dengan harga yang sangat murah, dia berpikir kalau situasi seperti ini berjalan terus yang miskin menjadi tambah miskin kemudian dia mengajak pemulung-pemulung tersebut untuk tidak menjual lagi hasil sampah plastic yang dipungut pemulung tersebut dan diajak nya untuk menjadi karyawan sekaligus sampah pastik tersebut di oleh menjadi sedotan air minum, pada saat itu jumlah karyawannya berjumlah 10 orang. Pabrik yang sudah beroperasi hampir setahun kemudian di timpa tsunami pada Desember 2004, sejak itu beberapa karyawan meninggal dunia dan juga pabriknya hancur beserta rumah yang disewanya di Alue Naga.

Tim advokasi Palang Merah Irlandia memfasilitasi Edi Wanda dengan PINBIS (pusat informasi Bisnis) yang merupakan lembaga yang bekerjasama dengan swisscontact, swiss solidarity, SECO dan forda UKM yang mereka lalukan adalah program pemberdayaan ekonomi masyarakat korban gempa dan tsunami, Tim Advocacy Palang Merah Irlandia akan memfasilitasi client dengan PINBIS, kasus ini di follow up oleh Sri Nurhayati Selian...kita tunggu perkembangan selanjut...

Thursday, October 23, 2008

Rumahku Istanaku ...

Identitas klien:
Nama : Khairunnas
Alamat : Kp.Mulia No.44B Kec.Kuta Alam Banda Aceh
No Hp: 081360788900

Permasalahan klien setelah ditindak lanjutin oleh Filrep:
Klien mengadu ke rumoh PMI pada tanggal 22 Juli tahun 2006, klien mengatakan bahwa klien mendapatkan rumah bantuan yang dibangun oleh Habitat Humanity tetapi rumah bantuan tersebut sangat lah tidak layak untuk di huni. Kualitasnya yang buruk tidak saja pada langit langit rumah, melainkan juga pada pintu rumah yang sudah jebol serta lantai rumah yang pecah (karena tanah lantainya tidak padat ketika ditimbun). Serbuk kayu langit langit rumahnya juga berjatuhan sedikit demi sedikit, karena kayu yang dipakai buat kuda kuda atap adalah kayu yang muda.
Klien sangat kecewa dengan bantuan rumah tersebut karena Habitat for Humanity memberikan rumah bantuan setengah hati. Klien juga menambahkan kasus yang sama juga terjadi pada rumah rumah yang lain yaitu rumah rumah yang dibantu oleh Habitat for Humanity di daerah Kampung Mulia.
CAU Sri menelusuri permasalahan klien ke Habitat Humanity yang di Banda Aceh, ternyata NGO/ Lembaga tersebut sudah habis projeknya di Banda Aceh. Rumah/kantor yang disewa oleh Habitat Humanity pun sudah tutup, alhasil CAU hampir keputusan kontak. Akhirnya diperoleh lah informasi nomor kontak Habitat for Humanity yang di Meulaboh. Setelah CAU dan Staff Habitat Humanity berbagi informasi ternyata Habitat Humanity yang di Meulaboh kurang begitu paham dengan program mereka yang di Banda Aceh, mereka berjanji akan mencari tahu serta mencari solusinya.
by: Sri Nurhayati Selian

Wednesday, October 22, 2008

Buah Dari Kesabaran....


Nama : ZAFNI
Alamat : Barak GTZ Punge Blangcut – Banda Aceh
HP : 081361736381

Ibu yang mempunyai 4 orang anak ini berstatus sebagai janda. Ia ditinggalkan oleh suami tercinta pada saat gempa dan tsunami tiba. Suaminya dibawa air dan menelan Lumpur tsunami, sempat bertahan hidup selama seminggu dan akhirnya meninggal.
Ke 4 anaknya perempuan dan 3 diantaranya sudah duduk dibangku sekolah, yang pertama duduk di bangku SMA, kedua SMP dan ketiga SD. Anak yang terakhir masih balita. Untuk menghidupi ke 4 anaknya ia berjualan kue titipan orang di Pasar Kampung Baru. Hasilnya tidak seberapa tapi untungnya banyak belas kasihan dari orang yang mampu yang menyumbangkan uang kepada anaknya. “rejeki anak” katanya dengan wajah memelas.
Pada saat terjadi gempa dan tsunami, Ibu zafni tinggal di Lamtemen Timur. Ia berstatus sebagai penyewa. Kemudian beberapa hari kemudian dia mengungsi ke Barak TVRI Ketapang. 4 bulan berikutnya ia dengan anak-anaknya mengungsi lagi ke barak Lamtemen Timur. Ia beserta penghuni barak lainnya telah memberikan semua dokumen yang diperlukan untuk permohonan bantuan rumah ke BRR melalui coordinator Barak. Tapi sangat disayangkan, data ibu Zafni tidak masuk di dalam daftar calon penerima rumah. Tidak diketahui mengapa data ibu zafni luput dari pendataan.
Hari berlalu sangat cepat, setelah 1 tahun ia tinggal dibarak belum juga bantuan tiba. Sedangkan penghuni barak lainnya telah bersiap siap untuk meninggalkan barak dan menempati rumah baru. Hanya ibu zafni sekeluarga yang menempati rumah tersebut. Dengan alasan itu pula coordinator barak menyarankan agar beliau bergabung ke barak GTZ di punge Blangcut.
Setelah ia pindah kebarak GTZ tersebut kesabaran ibu Zafni masih diuji. Setiap bantuan datang, baik itu berupa makanan maupun kebutuhan hidup lainnya ia tidak pernah mendapatkan. Alasannya Nama zafni tidak ada dalam daftar penghuni barak.
Sudah berulangkali ia menemui BRR tapi tidak ada kejelasan apapun. Sampai suatu hari Ia mendapat informasi dari seorang teman yang menyarankan agar mengadu ke Rumoh PMI melalui Handphone temannya tersebut. Pada tanggal 15 april 2008, SMS pengaduan ibu zafni masuk ke rumoh PMI. Tim advokasi langsung membantu menindak lanjuti permasalahan yang sedang di hadapi. Ibu zafni bersama2 dengan Tim advokasi mendatangi BRR untuk menanyakan kejelasan bantuan rumah dari BRR. Pihak BRR menyarankan agar Ibu zafni bersabar, kemungkinan ada 2 pilihan relokasi untuk ibu zafni yaitu dari Budha Suci dan Islamic Relief ”tinggal menunggu kunci saja” kata staff BRR dengan nada meyakinkan. Untungnya ibu zafni sangat sabar dan tidak pantang menyerah, ia terus mendatangi BRR dan Tim advokasi juga selalu menanyakan perkembangan dari BRR. Sampai pada awal bulan juli 2008, Ibu Zafni mengabarkan bahwa ia telah mendapatkan kunci rumah dari Islamic Relief. Alhamdulillah...buah dari kesabaran, sekarang ibu zafni telah tinggal di rumah barunya di desa Labuy Aceh Besar.
By: Lenny Octoria

Kasus pengembangan usaha (perabotan dari limbah tsunami)


Nama Client : Yulian
Hp : +6281319717490
Address : Gp. Jawa Kuta Raja, Banda Aceh

Bapak yulian membaca layanan iklan dari Rumoh PMI di Serambi Indonesia setelah tuh mengirim sms ke hotline Rumoh PMI tanggal 9 Juli 2008, yang berbunyi “Saya sudah pernah mendapatkan dana hibah dari UNDP untuk investasi dan pelatihan, sekarang kami butuh modal usaha untuk menjalankan usaha pengolahan limbah kayu menjadi kerajinan dan furniture”, setelah team advokasi menerima case tersebut kemudian meninke tempat usaha dan Client mempunyai usaha pengolahan limbah kayu menjadi kerajinan & funiture seperti kursi, meja, tempat tidur yang bahan baku di peroleh dari panglong-panglong kayu yang di jual dengan harga yang murah. Jenis material juga berbeda2 harga yang di beli mencapai Rp 10.000.000 per truck untuk usaha ini beliau sudah mempunyai 5 tenaga kerja tetap yangg telah di beri pelatihan dan 10 tenaga buruh (harian), dan tenaga ahli langsung dari Jakarta untuk memberikan pelatihan kepada tenaga kerja, Usaha perabotan dari kayu bekas ini juga menerima pesanan sesuai dengan keinginan pembeli, dan di salurkan ke toko-toko untuk di pasarkan. Usaha selanjutnya yang diinginkan oleh bapak Yulian adalah untuk mengembang usahanya lebih maju klein bersama-sama Tim advokasi palang merah irlandia menyiapkan proposal untuk tambahan modal usaha perabot…kita tunggu hasil dari follow up proposal bapak Yulain, semoga berhasil…
By: Silvia

Janda Lhoknga Yang Terabaikan


Identitas klien
Nama : Khairul Nizar
Telepon : 081377077508
Alamat : Lambaro Keuh, Kec. Lhoknga Aceh Besar

Field Rep: Sri Nurhayati Selian

Laporan hasil verifikasi oleh Field Rep:
Klien melapor ke Rumoh PMI pada tanggal September 03 2008 melalui sms, setelah di verifikasi oleh staff lapangan CAU (Community Advocacy Unit), sehingga Sri memperoleh beberapa informasi mengenai permasalahan klien. Klien seorang janda yang ditinggal karena sang suami dipanggil Ilahi Rabbi di waktu musibah tsunami pada 3 tahun yang silam. Syukurnya rumah klien tidak lenyap di telan ombak tsunami pada saat itu, Rumah klien masih dapat ditempati meski retak retak.

Setelah tsunami BRR mempunyai program bantuan dana rehab bagi korban tsunami yang rumahnya retak retak dan bisa direnovasi, dari itu klien pernah mengajukan permohonan bantuan melalui keucik didesanya Lambaro Keuh. Tetapi bantuan tersebut tak kunjung diperoleh nya. Sehingga klien mangambil inisiatif untuk mengadukan atau membagi permasalahannya itu dengan Rumoh PMI.
Di waktu Tim Advokasi menelusuri permasalahan klien, tim advokasi palang merah Irlandia juga memvefirikasi permasalahannya ke keuchik di desanya, keuchiknya mengatakan semuanya sudah di data oleh BRR dan belum mendapatkan jawabannya, Tim advokasi juga mendampingi Ibu Khairul untuk mempertemukan belian dengan stakeholder yang berkaitan (BRR). Ketika Tim Advokasi dan klien hadir dikantor BRR ternyata Pak Polisi juga hadir. Pak Polisi adalah tim vertib yang dipercayai oleh BRR untuk meninjau ulang kasus2 dilapangan. Dialog hangat pun terjadi, tanya jawab antara klien, Pak Polisi dan Stakeholder BRR berjalan dengan mulus.
Hasil dari diskusi kecil itu pun membuahkan hasil, kasus klien akan dibuka ulang dan klien akan diverifikasi ulang oleh BRR dan tim vertib BRR. Tentu saja hal itu karena klien memang layak untuk dibantu karena klien benar korban tsunami yang belum mendapatkan bantuan apapun. Mari sama-sama kita pantau kelanjutan kisah ibu Khairun.

Monday, October 20, 2008

Housing Delivery Case


Nama Client : Fakri
HP : 0812 6925 621
Alamat : Lamjamee – Banda Aceh.

Pada tanggal 6 Agustus 2008, kami menerima SMS pengaduan dari Client yang bernama Fakri. Beliau mengeluhkan masalah rumah yang di berikan oleh BRR yang pembangunannya dilakukan oleh kontraktor PT. Multi Garansi Prima. Kontraktor tersebut telah mengerjakan pembangunan rumah pak Fakri sampai pondasi saja kemudian mereka meninggalkan begitu saja hampir delapan bulan. Setelah menerima pengaduan ini Tim advokasi Palang Merah Irlandia mengkroscek kebenaran pengaduan ini langusng ke alamat dan mendatangi langsung rumah yang sedang dibangun terbut, setelah Tim advokasi menyelesaikan verifikasi kasus ini langsung melaporkan ke BRR distrik Banda Aceh bagian unit pengaduan keluhan (UPK) yang diterima Yuliadi, katanya akan di follow up ke bagian perumahan secepatnya.Pada tanggal 11 Agustus 2008 Tim Advokasi Palang Merah Irlandia melakukan kunjungan lapangan ke tempat client untuk memonitoring follow up kasus ini dan allhamdulillah rumah Bapak Fakri di desa Lamjamee telah dimulai kembali pembangunannya walaupun belum selesai, tetapi pengerjaan rumah sedang laksanakan dan Bapak Fakri sendiri mengawasi pembangunan rumahnya

Thursday, October 16, 2008

BRR Housing Quality Issue


Nama : Agustina
Phone : 081360393291
Alamat : Jln. Pendidikan- Gampong Blang Meraxa Banda Aceh

Ibu Agustina mengirimkan SMS pada tgl 6 September 2008 ke rumoh PMI, Ibu Agustina mengadukan ada 6 unit rumah yang tidak layak huni yang dibangun oleh BRR dan ibu Agustina sudah mengadukan hal ini ke BRR bagian kontruksi pada awal 2008 dan menjumpai pak Wisnu di BRR Lueng Bata tetapi sampai sekarang belum ada tanggapan dari BRR meskipun ke enam rumah tersebut bukannya milik ibu Agustina, belin merasa prihatin karena yang menghuni rumah tersebut janda miskin dan orang-orang yang tidak berani bersuara, ibu Agustina bertindak untuk dan atas nama tetangganya. permasalahan lain bagi Ibu Agustina adalah ketika hujan datang membanjiri rumah-rumah di sekitar jalan pendidikan karena sudah ada peninggian jalan baru. Tim advokasi mengunjungi unit pengaduan BRR untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang dihadapi Ibu Agustina, kemudian unit pengaduan BRR menyaran untuk menyerahkan Bukti berupa foto di saat banjir, dan tim unit pengaduan BRR menanyakan kontraktor mana yang bangun rumah didesa tersebut, tim advokasi mencari tau dan yang membangun rumah adalah CV. Bumi Ayu dan PT. Putra Pantai Selatan. Unit pengaduan BRR mengatakan akan menindak lanjuti nya...mari sama-sama kita tunggu aksi dari BRR….

Need clean water


Nama : Salahuddin
Alamat : Jalan tgk Abdul Ujong Rimba no 28 Taman Sari

Bapak Salahuddin bersama isterinya ibu Nur mengirimkan SMS ke rumoh PMI untuk membantunya mencari solusi permasalahan yang dihadapinya setelah tsunami, karena air sumurnya asin tidak layak untuk dikonsumsi, pak salahuddin dan isterinya mempunyai usaha budidaya tanaman hias, untuk budidaya tanaman hias ini Bapak salahan membutuhkan air 5 – 6 kubik air perhari untuk menyirami tanaman hiasnya dengan luas 1500 M3 yang katanya kalau menyiram tanaman hiasnya dnegan air sumur tanamannya bisa mati, tetapi setelah kita memverifikasi kelapangan selama ini bapak salahuddin juga menyirami tamanan hiasnya dengan air sumur tersebut, tetapi tamannya baik-baik saja. Ini daerah perkotaan yaitu di samping Taman Sari kota Banda Aceh, di daerah ini mempunyai aliran PDAM air nya lancar dan bias untuk digunakan untuk keperluan rumah tangga. Karena kasusnya tidak begitu darurat untuk membutuhkan pertolongan Tim advokasi memutuskan untuk tidak meneruskan kasus ini di tindak lanjuti karena air yang dibutuhkan bukan untuk keperluan yang sangat sangat dibutuhkan. Bapak Salahuddin Cuma pingin dibantu sumur bor untuk menyiram tanaman hiasnya.

The tsumani victim wanted to have a peg leg


Nama : Hendra
Alamat : Desa Reubee Kecamatan Delima Sigli Kab. Pidie Jaya.

Hendra mengirimkan SMS ke rumoh PMI untuk meminta bantuan supaya ada yang membantunya memberikan bantuan kaki palsu, Tim advokasi telah berusaha menghubungkan Bapak Hendra dengan rumah sakit Zainal Abidin, karena di rumah sakit ini bekerjasama dengan Handicap International untuk memberikan bantuan kaki palsu kepada korban tsunami, di saat Tim advocacy palang Merah Irlandia mendamping bapak Hendra ke rumah sakit Zainal Abidin, mereka meminta syarat Hendra harus mempunyai ; 1. Surat keterangan Miskin atau ASKESKIN 2. Surat rujukan dari puskesmas atau rumah sakit tempat asal. Setelah menyelesaikan semua persyaratan Tim advokasi bersama dengan Bapak hendra akan datang lagi ke rumah sakit zainal abidin untuk pengukuran kaki palsu untuknya. Tunggu kelanjutan proses pendampingan kami kepada bapak Hendra selanjut nya…

Wednesday, October 15, 2008

Always Flood in Deyah Elementary School


Elementary school in Deyah village wanted to have big drainage ditch because if raining coming the school yard and the class room will be flood are. CAFR verified the case in the field to see directly what happening if raining and we found really big flood in class room and around school, and then we coordinated with WATSAN Officer Irish Red cross to shared this case. And then the WATSAN officer had assessment more detail and will report to WATSAN delegate. This case handled by Leni octaria and still monitoring to see what the next decision from the watsan Irish Red Cross. watsan officer and Watsan delegate already assessment this elementary school but the result is Watsan Irish Red Cross Can’t help because complicated problem if we help build drained around elementary school that mean have to rehabilitation hold village, watsan team suggested there is involved from all parties such as head of village all community to rehabilitate out side elementary school drainage, although watsan team have to fill up the school are but still flood if raining coming because main road m ore higher then school area. We also already asked UNICEF to help this case but the answers is UNICEF right now not have construction program, only software (hygiene promotion). We also had suggestion to head of elementary school to asked the who have been rehabilitated this school [THW/Technisches Hilfwerk] according watsan team suggestion. To continue helping this school to completed drainage. {this case already close because difficult to have donor wanted to rehabilitate school drainage}. Who ever want to build drainase for the ementary school ? please contact rumohpmi@gmail.com or come direcly to school addrest at Jln. Deyah ....

Need land clearing for farming in Lampuuk Village


Lampuuk village cases consist of 40 household proposed to have one organization or agencies to help them to clearing wet rice field. In the village have 60 Ha wet rice field hit by tsunami is that why the need help to clearing to able planting rice again like before tsunami. The CAFR already conducted meeting with all Lampuuk community, in that meeting we were indentified the needed are; - Clearing wet rice field about 60 Ha. – babed wire fence/wire net fencing to protecting wet rice field from cow, bull. – Seed of rice (high yield rice). CAFR already presented this case to UNDP and the result is UNDP have that program and wanted to help them but they wanted CAU Irish Red Cross can guarantee the community will use the wet field rice after UNDP clearing. UNDP said like that because they said the have but experience about that after UNDP clearing wet rice field to community, the don’t want to plan some think just neglected. We will meeting again with all community to share this issue and ask guarantee from them after that we will meet again with UNDP. This case handled by Mahrizal.--> according to email from team waste management UNDP they were said need more time to make new contract and process it in Jakarta, because for the moment the last contract for Tsunami recovery waste management program (TRWMP) had been end contract in Jakarta and now in process renew contract for this program. they said even like that situation please don’t make any promise with community, but just waiting the final approval form head of UNDP waste management project.

Lambaro kayee Lhee Relocation


130 household in lambaro kailo village are renter, they were wanted to have land to build housing for them. CAFR already verify phase II to gathering more information all document needed to present to stakeholders, the stakeholders related is BRR. CAFR already facilitated client to meet with BRR to discussed together this case and the result is BRR need more time to verify one by one client that proper to have land from BRR or not. The houses for this renter already have it donor to build houses, the donor is Saudi Charity Campaign, they can build house for them if they have a land. Is that way they wanted CAU to help them to facilitate to have land from BRR. The status this case is still following up by Bambang Nurcahyo.
Yesterday at 2 July BRR had verify 50 households directly interview by BRR Staff in Lambaro kailo village, this is one of required from BRR, and today for 80 households BRR staff will continue interview and take place in elementary lampriet, (the head of verification is Mr. Taufik said the result for this case will have next month, who will loss with this verify he will get land form BRR.

Hygiene Promotion and drug abuse Training


Last two months on July 21, 2008. We received case form deputy head master of Senior Islamic high school (MAN Sibreh) in Kutamalaka sub district-Lubok Batee village. The case is about their school (students) needing hygiene promotion training. Because the student do not have good hygiene habits. We are currently looking for a facilitator who can give the training to students . We found trainer from Indonesian Red Cross from Aceh Besar Branch. In this training also we will promote the Community Outreach Program to students and teachers with ways presentation by Bambang and Zulfikar and distributed the rumoh PMI tabloids.
PMI volunteer think not just give the hygiene promotion but also drug abuse and HIV Preventive. The participants join in that presentations are 43 students and 3 teachers.

No Clean water in Lampulo


In Lampulo 125 households were without clean water in Lampulo village after tsunami hit December 2006. Last month CAU negotiated with PDAM (local water provider) on behalf of the beneficiaries the result was PDAM connected the water pipe and distributed water to Lampulo village.The result was over 125 houss now receive clean water. After the water was connected the CAU team received numerous SMS s thanking the team for their help.

The CAU team then visited the community to assess the situation and, found that the clients were really happy because they received clean water before the fasting month. Then we asked them to show in MAP which area clean water already comes tru e.