Thursday, November 13, 2008

Punge Jurong community need clean water


Village : Punge Jurong - Banda Aceh
type of activity : Community technical assistant

Community technical assistant meeting in Punge Jurong Banda Aceh, we were discussed to solve the community case about the clean water in Punge Jurong village, there are 250 households not receive yet clean water from PDAM. In Punge Jurong villages PDAM already put mind pipe underground beside the road last two years but until now they didn’t have connected to houses, the community advocacy unit have been negotiated with previous PDAM director, he said will follow up immediately but until now PDAM not implemented yet, according to community said in meeting we conducted last week that PDAM want to connected if community already pay during the months before tsunami came (2004) and have to pay also for the months (January 2008 until currently month). Punge Jurong community don’t want to pay because for them impossible to pay for before tsunami (back payment) also community objection to pay for the months during 2008 (January-November), this not rational because they not yet receive water and the pipe connection why community have to pay for this. Our planning for this case will report to Banda Aceh Major about PDAM policy and make the community can’t receive the water clean. What we discussed with Punge Jurong community was how to find out the solution about this case, what we need to do together to pressure the PDAM and Banda Aceh Major, the result was Cau team will mediate between Punge Jurong community and Banda Aceh Major.

Jahitan saya tidak mencukupi biaya sekolah anak-anak



Name client : Indani
Alamat : Peuniti, Kec. Baiturrahman Banda Aceh
Hp : +6285277003XXX
Type of activity : problem identification session

Indani seorang janda dengan enam orang anak empat diantaranya masih berusia sekolah. Suaminya meninggal 2 tahun lalu karena sakit Hernia. Sepeninggal suamnya ia mengantungkan biaya hidup dari menjahit pakaian dengan sebuah mesin jahit tua, dua anaknya masih dibangku SD, satu dibangku SMP dan satunya lagi dibangku SMA.

saya butuh beasiswa untuk anak-anak saya agar tidak menghambat sekolah mereka, ujar Indani sambil menangis, karena saya sering di tegur guru-guru anak-anak untuk melunaskan uang buku dan SPP, hasil prestasi anakanak alhamdullilah bagus-bagus dan memuaskan. Mereka pernah menerima dana sebesar Rp 300.000,- untuk si kakaknya duduk di bangku SMU dan SMP sedang adiknya yang bungsu hanya Rp 75.000,- hanya cukup di gunakan untuk membeli seragam sekolah dan sepatu, saya mohon agar ada yang meringankan biaya pendidikan mereka, mungkin bisa dengan bantuan beasiswa” kata Indani kepada team Advokasi Palang Merah Irlandia.

Silvia, staf Advokasi Palang Merah Irlandia menjumpai Indani sepekan setelah Indani mengirimkan pesan singkat ke 08126990333 untuk menyampaikan unek-unek yang dirasakannya selama ini, dirumah yang sangat sederhana terpencil dari rumah masyarakat lainnya Indani menerima Silvia yang bertamu ke rumahnya, indani sedang sakit pada saat kunjungan tersebut hamper dua hari ia lebih banyak terbaring di tempat tidur karena tekanan darahnya turun, dari kunjungan ini terlihat keinginan dan kemauan ibu indani untuk mendapatkan beasiswa kepada anak-anaknya untuk bisa memperoleh pendidikan bagi anak-anak agar bisa memperbaiki masa depan yang lebih baik.